Orang-orangan sawah, bukan sekedar budaya lokal, tetapi budaya universal. Jauh sebelum dunia mengenal pertanian yang sistematis seperti sekarang, para petani Mesir kuno di tepi sungai Nil, di ladang gandum mereka, membentangkan tali yang diikatkan pada sepokok kayu untuk mengusir burung-burung. Kemudian pokok kayu itu diberi busana kain untuk mengesankan gerakan manusia saat digerak-gerakkan dengan tali. Di zaman berikutnya, para petani Yunani memasang patung kayu bersenjatakan tongkat dan sabit. Di zaman berikutnya lagi, petani Romawi memasang patung-patung dewa penjaga mereka di ladang, dan manakala panen berhasil para petani Romawi itu memberi sesaji di kaki patung dewa-dewa tadi. Sedangkan petani Jerman, di era-era belakangan, di akhir musim dingin, memasang patung-patung penyihir dari kayu dengan kepercayaan patung-patung itu bisa menahan ruh-ruh musim dingin agar musim semi cepat datang. Di ladang patung penyihir itu bermanfaat sebagai memedi manuk dan petani Jerman menyebutnya Vogelscheuchen. Di Jepang petani memberi nama dewa orang-orangan sawah itu Sohodo-nà-kami. Di musim semi dewa-dewa turun dari gunung untuk melindungi sawah dan Sohodo-nà-kami akan mengusir kawanan burung pengganggu petani.
Hari ini jati diri petani telah mulai luntur dan ditinggalkan untuk itu perlu gerakan penyadaran bersama dan kepedulian berbagai pihak untuk membangun kembali nilai-nilai kejuangan petani bahkan sebagai warisan bagi generasi mendatang. Maka MUSEUM TANI JAWA INDONESIA bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintah dan perguruan tinggi mengadakan festival memedi manuk.
Festival Sejuta Ekspresi Memedi Manuk ditujukan kepada generasi muda di desa dan di kota, para seniman tradisional dan modern, pecinta fotografi, pecinta seni rupa, pecinta keindahan dan keaslian panorama pedesaan, aktor-aktor pariwisata, aktor-aktor pendidikan nasional, aktor-aktor publik (pejabat daerah dan pejabat nasional), aktor-aktor pertanian (dari petani hingga peneliti pertanian), dan seluruh lapis masyarakat yang berkepentingan dengan produk-produk pertanian dan produk-produk budaya tani. Festival ini mengaspirasikan suatu titik pertemuan dan pertukaran sudut pandang keprihatinan dan harapan dari ranah ilmiah dan ranah Festival ini tidak berpretensi sebagai suatu keramaian sesaat. Sebaliknya, festival ini bertujuan untuk berkontribusi pada penetasan suatu kultur baru kreativitas budaya yang bertumpu pada nilai-nilai local genius yang memancar dari perkembangan pemuliaan aspirasi-aspirasi kemanusiaan suatu bangsa berbudi luhur dan pemuliaan lingkungan alam dan budayamasyarakat lokal.
Festival ini diformat sebagai sebuah forum pertemuan di sebuah desa di kawasan Imogiri, yang telah dikmaktubkan sebagai Gerbang Budaya Bantul, yang mencoba menggeliat dari keterpurukan dahsyat bencana alam yang sempat meruntuhkan segala harapan dan impian di sebuah kota yang menjadi jantung budaya dunia dan pusat pendidikan bangsa, diniati sebagai upaya penciptaan suatu jaringan komunikasi dan persahabatan antarindividu yang berasal dari pelbagai penjuru Indonesia. Secara gamblang, kegunaan dan manfaat festival terurai dalam tujuh huruf di bawah ini.
a. Membangun kebersamaan dan kerukunan antarpetani dan antarkelompok petani dengan masyarakat.
b. Menghidupkan kreativitas dan inovasi dalam upaya merevitalisasi tradisi tani dan budaya pedesaan.
c. Menggali potensi antarkelompok petani dan mengembangkan budaya tani sebagai basis wisata pedesaan.
d. Merekonstruksi ekologi budaya tani (kanca tani) sebagai pilihan penyambutan budaya global di sebuah dunia modern.
e. Menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya tani dalam rangka mempersiapkan generasi muda untuk terfasilitasi menuju masa depan yang lebih baik.
f. Merevitalisasi dan mendiversivikasi modal sosial-budaya petani sebagai pilihan membangun ketahanan pangan dalam upaya menemukan solusi krisis pangan demi pencapaian swasembada pangan Indonesia.
Adapun bentuk-bentuk kegiatannya meliputi :
a. festival dan lomba ekspresi orang-orangan sawah (memedi manuk) melalui pelbagai media;
b. sarasehan ekologi tani dengan narasumber tokoh-tokoh terkemuka;
c. lomba seni fotografi dengan tema “ memedi manuk dalam ekspresi”;
d. pentas seni dan tradisi pedesaan..
Waktu dan tempat.
Kegiatan festival ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2008
Hari : Sabtu 25 Oktober 2008 “ Pembukaan“
Waktu : Pk. 13.00 s/d selesai
Pembukaan : Oleh Kepala Baparda DIY
Tempat Festival :
1. Kampung Tani Candran
2. Desa Wisata Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta
3. Areal persawahan disekitarnya.